Bingung Memilih Jaket Pendakian?


Berbicara soal jaket pendakian, pertanyaan pembaca adalah : jaket jenis apa yang paling tahan dingin? Jaket mana yang sebaiknya untuk dibawa dalam pendakian? 

Berdasarkan bahannya, secara umum jaket yang tersedia di pasaran Indonesia terbagi menjadi empat jenis :

  • Jaket fleece / sweater fleece
  • Jaket polar
  • Jaket puffer eco-down (sintetis)
  • Jaket bulang (down)
Sedangkan jaket yang kurang populer di Indonesia (tapi ada) adalah jenis soft-shell. Dikatakan kurang populer karena lebih cocok dipakai di negara empat musim, yang udaranya kering. Lalu apa kelebihan dan kekurangan dari masing-masing jenis itu?

Penjelasannya : 

Bahan fleece memiliki daya insulasi, tapi tidak cukup baik. Sweater fleece sebaiknya dibawa, tapi hanya dipakai untuk tidur karena nyaman. Tidak untuk aktifitas pendakian kecuali dilapisi jaket puffer karena sifatnya yang mudah kotor dan tembus angin.

Jaket polar memang dijual dimana-mana, trendy dan murah. Tapi sayang ia berat dan tidak terlalu efektif menahan panas. Walau harganya sama, daya insulasi bahan polar kalah dibanding jaket puffer sintetis (eco-down). Semakin banyak orang meninggalkan jaket polar dan beralih ke jaket puffer.

Jaket puffer sintetik, ini adalah pilihan terbaik. Karena selain ringan, daya insulasinya mirip dengan jaket bulang, tidak menyerap air, ramah lingkungan, dan yang terpenting harga jauh lebih murah daripada jaket bulang. Jaket sintetik harganya sekitar 150-300 rb an.

Jaket bulang memiliki insulasi terbaik, menyerap air, lebih awet daripada sintetik dan harganya mahal. Tidak direkomendasikan, apalagi sekedar untuk gunung-gunung di Indonesia. Di pasaran, jaket bulu angsa ini terbagi menjadi dua jenis. Yaitu jaket bulang yang dibuat dengan jahitan biasa (dimana bulu angsanya sering mencuat keluar) dan yang dibuat seamless tanpa jahitan. Yang varian seamless harganya jelas lebih mahal, tapi juga lebih rapi dan awet.  

Lalu soal temperatur nyaman (Comfort Zone), jaket sintetik dan bulu angsa juga berbeda : 

  • Isian sintetik : 18 C s/d -5 C
  • Bulu Angsa : dibawah nol Celcius s/d -25 C
Terlihat bahwa isian bulu angsa akan membuat gerah jika dipakai pada gunung-gunnung di Indonesia. Pada musim kemarau pukul 3 subuh misalnya, dimana suhu puncak gunung sedang dingin-dinginnya, suhu yang dihadapi pendaki di puncak gunung maksimal adalah -5 Celcius. Ini suhu yang sama dengan Annapurna Base Camp atau Danau Tilicho Nepal pada dini hari. 

Suhu di Annapurna Base Camp pada Agustus 2023 (musim gugur)

Merk jaket puffer yang populer dipakai pendaki antara lain :

  • Lokal : Cozmed, Begonia, Big Adenture, Arei, Consina, Eiger, Angsana
  • Luar : Deuter, Decathlon Forclaz, TNF, Rab, Acteryx, Patagonia

Kesimpulan : Kecuali Anda mendaki gunung bersalju, jaket puffer sintetik adalah pilihan terbaik. 

Comments

Popular posts from this blog

Obat Yang Perlu Dibawa Dalam Pendakian

Jangan Naik Gunung Jika Memiliki Kondisi Ini

Pendakian Argopuro 3088 MDPL